Selasa, 13 Juli 2010

TERAPI MODALITAS LANSIA DENGAN DIMENSIA


I. TOPIK KEGIATAN
Terapi Modalitas

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Pasien mampu memperkenalkan dirinya dengan baik.
2. Pasien dapat berorientasi pada waktu, tempat, orang dan situasi dengan baik
B. Tujuan Khusus
1. Pasien mampu menyebutkan namanya sendiri.
2. Pasien mampu menyebutkan tempat, waktu, orang dan situasi.
3. Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota kelompok, berkomunikasi dan saling memperhatikan antar anggota kelompok.

III. LANDASAN TEORI
A. Latar Belakang
Demensia adalah nama lain dari penyakit pikun. Penyakit ini muncul seiring bertambahnya usia dan biasanya menimpa pada orang-orang tua yang sering kita sebut kakek/nenek. Secara garis besar keadaan demensia dibagi atas dua golongan, yakni demensia primer dan sekunder. Demensia alzheimer tergolong dalam demensia primer. Sedangkan demensia sekunder antara lain disebabkan karena penyakit stroke, cidera otak berat (pada petinju), infeksi otak, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. Selain faktor usia, faktor keturunan juga disebut-sebut menyebabkan munculnya penyakit ini.
Demensian adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemapuan daya ingat dan piker tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Demensia atau kepikunan sering kali dianggap wajar pada lansia karena merupakan bagian dari penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga , masyarakat, maupun oihak kesehatan mengenai tanda gejala demensia, dapat menyebabkan demensia sering tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, masalah demensia ini semakin sering dijumpai. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini petng dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin.
Gejala Demensia
Gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Tanda-tanda demensia alzheimer antara lain
1. Lupa akan kejadian yang baru dialami
2. Kesulitan dalam berbahasa
3. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari
4. Sering salah menaruh barang-barang
5. Tidak dapat membuat keputusan
6. Serta kesulitan dalam hitung-menghitung sederhana.
7. Sering mengulang kata-kata
8. Tremor
9. Kurang koordinasi gerakan
10. Risiko kecelakaan
11. Kurang konsentrasi
Gejala gangguan perilaku lain yang sering dialami penderita penyakit ini adalah mereka jadi mudah tersinggung, sering merasa cemas, sulit tidur, pencuriga, sering keluyuran, bahkan berperilaku memalukan, misalnya telanjang di depan umum, pergi ke kantor dengan pakaian tidur, dan sebagainya. Lansia sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Gangguan Orientasi Realita
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang, dan terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi dapat timbul sebagai gangguan dari kesadaran, mengenai waktu, tempat, dan orang. Disorientasi dapat terjadi pada setiap gangguan jiwa yang mana ada kerusakan yang hebat dari ingatan, persepsi, dan perhatian.
Intervensi pada Demensia
a. Orientasi
- Tujuan : Membentuk pasien berfungsi dilingkungannya
- Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca
- pasien
- Orientasikan pada situasi lingkungan
- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari
- Kontak personal dan fisik sesring mungkin
- Libatkan dalam kegiatan terapi modalitas
- Tanamkan kesadaran :
• Mengapa pasien dirawat
• Memberikan percaya diri
• Berhubungan dengan orang lain
• Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera
• Inyteraksi personal
- Identifikasi proses pulang
b. Komunikasi
- Membina hubungan saling percaya
• Umpan balik yang positif
• Tentramkan hati
• Ulangi kontrak
• Respek, pendengaran yang baik
• Jangan terdesak
• Jangan memaksa
- Komunikasi verbal
• Jelas
• Ringkas
• Tidak terburu buru
- Topik percakapan dipilih oleh pasien
- Topik buat spesipik
- Waktu cukup untuk pasien
- Pertanyaan tertutup
- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah
- Empati
- Gunakan tehnik klarifikasi
- Summary
- Hangat
- Perhatian
c. Pengaturan koping
- Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang negatif diminimalkan
- Bantu mencari koping baru yang positif
d. Kurangi agitasi
- didorong melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas
- beri penjelasan
- beri pilihan
- penyaluran energi :
• Perawatan mandiri
• Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga
- Saat agitasi :
• Tetap senyum
• Tujukkan sikap bersahabat
• Empati
e. Keluarga dan masyarakat
- Siapkan keluarga untuk menerima keadaan pasien
- Siapkan fasilitas dalam berinteraksi dengan dimasyarakat
- Perlu bantuan dalam merawat 24 jam dirumah, yang diprogramkan melalui
• Puskesmas
• Pos-pos pelayanan kesehatan dirumah sakit
f. Farmakologi
- Tergantung penyebab gangguan, seperti Penyakit Alzheimer’s
- Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitif
g. Wandering
Perilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatan
h. Therapeutik Milieu
Stimulasi kognitif  Melakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi kelompok
• Dukung perasaan aman
• Situasi yang tenang
• Rancangai fisik konsisten
• Struktur yang teratur
• Fokus pada kekuatan dan kemampuan
• Minimalkan perilaku destruktif
i. Intervensi interpersonal
- Psychotherapi
- Life review therafi
Untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan individu dan kelompok dengan saling menceritakan riswayat hidup
- Latihan dan terafi kognitif
• Latihan daya ingat
• Memelihara inteligensia
- Therapi relaksasi
• Untuk mengurangi ketegangan dan stres
• Deep Breathing
• Konsentrasi
- Kelompok pendukung dan konseling
• Ekspres filling
• Pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan harga diri
2. Meningktkan percaya diri
3. Meningkatkan simpati
4. Meningkatkan empati
j. Gangguan daya ingat :
- Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien
- Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pasien yang salah
- Penataan barang pribadi jangan dirubah
- Lakukan progran orientasi
k. Gangguan perawatan diri :
- Buat jadwal mandi dengan teratur
- Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pasien
- Ajarkan cara mandi secara bertahap :
• Peralatan mandi
• Langkah-langkah mandi
• Perhatikan privacy
- Ajarkan cara berpakaian
• Buat langkah berpakaian yang rutin
• Hindarkan kancing dan resleting
• Beri instruksi yang sederhana
• Lakukan berulang-ulang
• Tetap perhatikan privacy
- Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnya
l. Isolasi sosial
- Mulai kotak dengan keluarga
- Teman dekat
- Dorong berhubungan dengan orang lain
- Masukkan dalam kelompok aktifitas
- Buat jadwal kontak sosial secara teratur

B. Waktu
± 30 menit

IV. STRUKTUR KELOMPOK
A. Setting Tempat
Ruangan Terbuka
= Leader
= Fasilitator
= Klien
= Observer






B. Hari/tanggal
Kamis, 29 Mei 2008
C. Waktu
15.00 s.d 15.30
D. Pengorganisasian
1. Jumlah dan nama klien
4 orang: Dian, Ambal, Eka, Triya
2. Leader dan uraian tugas
Badrus
Tugas:
 Memimpin jalanya Terapi Modalitas Orientasi Realita
 Merencanakan, mengontrol dan mengendalikan jalanya terapi
 Membuka acara
 Menjelaskan aturan main (cara permainan dan waktu permainan)
 Memimpin terapi modalitas
 Menutup acara diskusi
3. Fasilitator
Gina, Ayu, Marita
Tugas:
 Memfalisitasi pasien dalam terapi modalitas orientasi realita
 Mengarahkan pasien yang kurang kooperatif
4. Observer
Ima
Tugas:
 Mengobservasi jalannya terapi modlitas orientasi realita, mulai dari persiapan, proses dan penutup dengan format evaluasi perilaku
 Menilai aspek kemampuan pasien dalam memperkenalkan diri
E. Langkah-langkah
Tahap pre interaksi :
1. Melakukan pengecekan program terapi dokter dan validitas data.
2. Mencuci tangan.
Tahap Orientasi :
1. Memberikan salam terapeutik.
2. Klarifikasi perasaan klien.
3. Melakukan kontrak (waktu,tempat, topik)
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Tahap Kerja :
1. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
2. Duduk berhadapan (untuk kelompok disesuaiakan).
3. Leader : memimpin langkah-langkah pelaksanaan terapi orientasi realita.
• Memandu satu klien untuk melihat jam atau kalender, tempat atau ruangan dengan tata letak perabotan (meja kursi, ruang tidur dan seterusnya secara satu per satu dan perlahan –lahan (metode bisa variasi).
• Pertama-tama satu topik dulu, misalnya mengenai waktu, selanjutnya ke orientasi tempat /orang.
• Mengajurkan klien tersebut untuk menjelaskan kembali waktu yang telah disampaikan perawat, dan tanggal serta ruang yang tadi telah disampaikan.
• Memandu pada lansia lain secara bergantian untuk memberitahukan jam dan tanggal, orang, tempat, saat ini.
• Secara bergantian juga pada lansia yang lainnya.
4. Fasilisator : memfasilitasi kemampuan hubungan sosial masing-masing klien pada saat dilakukan terapi.
5. Leader : mengobservasi kemampuan klien dalam terapi modalitas.
6. Observer : Mengobservasi kemampuan klien dalam pelaksanaan terapi. Memberi penelitian terhadap masing-masing lansia yang dilakukan terapi.
Tahap Terminasi :
1. Mengevaluasi perasaan klien.
2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
3. Rencanakan tindak lanjut yang dapat klien lakukan sehari-hari sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukan. Dapat dibuat jadwal kegiatan.
4. Kontrak yang akan datang :
• Topik : sepakati kegiatan yang akan datang
• Waktu: sepakati waktu pertemuan yang akan datang
• Tempat : sepakati tempat pertemuan yang akan datang.
F. Perilaku yang diharapkan
1. Persiapan
a. Terapis/perawat
 Identifikasi masalah pasien sebelum pelaksanaan
 Eksplorasi perasaaan diri sebelum bertemu pasien dan menjalankan terapi aktifitas kelompok
 Siapkan alat dan media yang diperlukan
 Tempat dan waktu ditentukan
b. Klien
 Siap mengikuti terapi modalitas orientasi realita
 Hadir 5 menit sebelum acara dimulai
 Mengetahui tata tertib yang telah ditentukan
2. Proses
a. Perawat melakukan kegiatan terapi modalitas orientasi realita sesuai dengan perencanaan
b. Perawat dapat mengantisispasi hal-hal yang terjadi saat dilakukan terapi
c. Pasien dapat mengikuti terapi sampai selesai
3. Hasil
a. Perawat dapat menjalankan tugasnya terapi sesuai terapis
b. Klien dapat memahami tujuan dari terapis dan mencapai kriteria hasil pada setiap pertemuan.

V. TATA TERTIB
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan terapi modalitas orientasi realita
b. Berpakaian rapi dan bersih
c. Peserta tidak diperkenankan makan dan merokok selama terapi
d. Peserta tidak meninggalkan kegiatan sebelum kegiatan selesai
e. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
f. Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersiapkan.
g. Apabila peserta akan meninggalkan tempat kegiatan ijin terlebih dahulu pada terapis

VI. ALAT BANTU
a. Pemutar musik
b. Lembar observasi pasien

VII. ANTISIPASI MASALAH
a. Penanganan klien yang tidak aktif
 Memanggil pasien
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk menjawab sapaan perawat
b. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
 Panggil nama pasien
 Tanya alasan pasien meninggalkan permainan
 Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
 Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang telah dipilih
 Beritahu pasien bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh pasien tersebut

VIII. PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam proses penulisan. Atas perhatian dan dukungannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Budiana, keliat. 1999. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta, EGC
Endang Trianto, S.Kep.Ns.dkk.2007.Modul Skill Lab Semester V.Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED.Purwokerto.
Kaplan & Sadock. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta : Widya Medika
Rasmun. 2001. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta : Fajar Interpratama
Stuart, Gail Wiscart dan Sandra J Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.
No name. http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatansiti%20saidah2.pdf
Yosep Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama


Data Subjektif didapatkan melalui wawaancara dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE). MMSE dilakukan untuk mengkaji fungsi kognitif yang mencakup : orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat, dan bahasa.

Mini Mental State Examination
Nama pasien : Nama pewawancara:
Usia pasien : Tanggal wawancara:
Pendidikan : Waktu wawancara :

Skor max Skor pasien Pertanyaan Ket
5 Sekarang (hari),(tanggal), (bulan), (tahun),(siang/malam)? Orientasi
5 Sekarang kita berada dimana?(ruangan),(dusun), (kelurahan), (kabupaten), (propinsi) orientasi
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda (tas, buku, pensil). Satu detik untuk setiap benda. Lansia mengulang ketiga nama benda tersebut. Berilah nilai 1 untuk setiap untuk jawaban yang benar. Registrasi
5 Hitunglah mundur 10000 kebawah dengan pengurang 1000 dari 10000 kebawah ( nilai 1 untuk jawaban yang benar ), berhenti setelah 5 hitungan (9000, 8000, 7000, 6000, 5000). Atensi dan kalkulasi
3 Tanyakan kembali nam 3 benda yang telah disebutkan diatas berilah nilai 1 setiap jawaban yang benar. Mengingat
9 • Apakah nama benda ini?. Perlihatkan pensil dan jam dinding (nilai 2) jika jawaban benar.
• Ulangilah kalimat berikut “ saya ingin sehat” (nilai 1).
• Laksanakan 3 buah perintah ini “ peganglah selembar kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas ini pada pertengahan dan letakanlah dilantai (nilai 3).
• Bacalah dan laksanakan perintah berikut :” pejamkan mata anda” (nilai 1). Bahasa

Hasil :
Nilai 21-30 : demensia ringan
Nilai 11-20 : demesia sedang
Nilai < 1 : demensia berat/ stadium lanjut.








ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER DAN PULMONAL

A. PENUAAN PADA SISTEM PULMONAL

Penuaan adalah universal yang mengubah cadangan fisiologis individu dan kemampuan untuk mempertahankan homeostatis, khususnya pada saat stres (misalnya komdisi sakit). Sebagian besar perubahan normal yang dihubungkan dengan penuaan terjadi secara bertahap, sehingga lansia dapat beadaptasi. Perubahan yang paling banyak ditemukan adalah yang berhubungan dengan keterbatasan fisiologis. Lansia dapat mempertahankan homeostatis, tetapi bahkan kerusakan yang kecil dapat mengganggu keseimbangan yang tidak pasti ini.

PENUAAN NORMAL
Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada system pulmonal.
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahan-perubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi ksigen maksimum. Perubahan-perubahan pada intertisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan penurunan difusi oksigen. Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan dengan sekitar 50% pengurangan respon hipoksia dan hperkatmia pada usia 65 tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan kapasitas aktivitasnya.
Implikasi klinis dari perubahan system respirasi sangat banyak. Perubahan structural, fungsi pulmonal, dan perubahan system imun mengakibatkan suatu kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
Patofisiologi Gangguan Yang Sering Terjadi
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi paru kedua pada kelompok lansia dan pneumonia merupakan penyebab kematian utam oleh proses infeksi. Pembersihan jalan napas yang tidak efektif, peningkatan kolonisasi, dan gangguan respons system imun pada lansia dapat mencapai puncaknya dengan pneumonia. Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi akuisisinya: yang dapat diperoleh dari komunitas, nosokomial (diperoleh dari RS), aspirasi dan yang diperoleh dari panti jompo.
Pneumonia menyerang jalan napas terminal. Organisme yang menyerang akan bertambah banyak dan melepasakn toksin yang memicu respon inklamsi dan respon imun. Setelah itu, mediator biokimia dilepaskan yang merusak membrane mukosa bronkus dan membrane alveolokapiler, menyebabkan edema. Acini (bronkeolus respiratorius, duktus alveolis, dan alveolus) dan bronkiolus terminalis dipenuhi dengan debris infeksi dan eksudat.
Lansia yang berada di institusi perawatan cnderung untuk mengalami pneumonia karena perubahan kesadaran (stroke dan sedasi) yang dapat meninggalkan jalan napas tanpa perlindungan. Mereka juga mengalami gannguan mobilitas, yang turut berperaan terhadap ketidakefektifan respirasi. Lansia yang baru mengalami infeksi virus (yaitu influenza) beresiko tinggi karena infeksi virus meningkatkan penempelan mukosa pada infeksi bakteri dan virus. Infeksi virus juga dapat mengganggu transport mukosilia.
Adalah suatu pertumbuhan epidemic diantara lansia yang merupakan segmen pertumbuhan tercepat pada populasi amerika serikat. Tuberkolosis (TB) disebabkan oleh micobakterium tuberculosis, dan basil tahan asam. Penularan khususnya melalui droplet yang terhirup. Mikroorganisme ini biasanya mengambil tempat pada bagian apeksparu. Mikroorganisme akan bertambah banyak dan menyebabkan pneumonisitis yang memicu respon imun. Neutrofil dan makrofag yang menutupi dan meliputi basil-basil, mencegah penyebaran lebih lanjut. Penutupan tersebut menyebabkan pembentukan tuberkel granuloma. TB akan tetap dorman atau mengalami reaktivasi, atau mungkin tidak pernah dapat diatasi karena gangguan respon imun. Munculnya penyakit ini pada lansia adalah tidak khas.
Kanker Paru
Penyebab kematian utama yang berhubungan dengan kanker pada wanita dan pria adalah kanker karoigenik. Angka insidensi telah meningkat secara tetap, dengan peningkatan paling besar terjadi pada wanita.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK adalah penyebab utama kematian kelima pada lansia. PPOK meliputi tiga kondisi yang terjadi dalam satu bentuk umum, yaitu obstruksi aliran ekspirasi. Jika proses obstruksi dapat diperbaiki, hal itu disebut asma, jika obstruksi dihubungkan dengan hipersekresi mucus, hal ini disebut bronchitis kronis, dan jika terdapat kerusakan jaringan alveolar, hal ini dikenal dengan emfisema.
Asma adalah obstruksi jalan napas yang dapat diperbaiki, yang dipicu oleh respon berlebihan jalan napas yang dihubungkan dengan inflamasi. Pemicu inflamasi dapat berupa virus, bakteri atau alergi. Pelepasan mediator inflamasi menyebabkan otot polos bronkus mengalami spasme, kongesti vaskuler, peningkatan permeabilitas, kebocoran vaskuler dan pembentukan edema.
Asama seringkali tidak dikenali pada lansia, walaupun separuh dari lansia mengalami perkembangan penyakit ini setelah berusia 65 tahun. Lansia penderita asama sering mengalami penurunan parameter fungsi pulmonal yang lebih besar dan disfungsi reseptor β-adrenergik. Asma yang terjadi dalam waktu yang lama dapat mengarah pada obstruksi aliran napas yang tidak dapat diperbaiki.
Bronchitis kronis adalah batuk kronis yang terjadi minimal 3 bulan dalam 1 tahunatau setidaknya 2 tahun. Batuk yang dihubungkan dengan bronchitis kronik disebabkan oleh dihipersekresi bronkus. Hyperplasia dan hipertropi kelenjar mucus dan hipertrofi otot polos bronkus menyumbat jalan napas, menyebabkan jalan napas kolaps selama ekspirasi. Kontributor utama terhadap perkembangan penyakit ini adalah infeksi yang berulang-ulang atau cedera ( inhalasi polutan dan merokok)
Enfisema dapat berkembang sebagai respon terhadap kondisi-kondisi tersebut atau terjadi secara independent. Obstruksi terjadi sebagai akibat dari perubahan pada jaringan paru, khususnya pembesaran acini yang disertai ddengan kerusakan dinding alveoli. Dengan kerusakan jaringan alveoli, terjadilah udara yang terjebak dan hilangnya recoil elastis.
PPOK dikarakteristikan oleh batuk, dipsnea, napas penek, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas. Batuk yang berkaitan dengan bronchitis kronis terlihat jelas, peningkatan sputum, yang pada emfisema jumlah sputum sedikit. Emfisema menyebabkan peningkatan diameter antero-posterior dada, pendataran diafragma, dan berkurangnya suara napas. Pada bronchitis kronis tidak terdapat perubahan konfigurasi dada, diafragma normal, dan suara napas termasuk ronki. Suara mengi merupakan karakteristik dari asma, tetapi bronkospasme dapat ditemukan pada enfisema maupun pada bronchitis kronik.
Emboli Paru
Sekitar 10 sampai 30 % lansia yang dirawat di rumag sakit atau di rumah perawatan ditemukan mengalami emboli paru setelah dilakukan autopsy. Factor fredisposisinya meliputi kondisi hiperkoagulasi, gagal jantung, disritmia, kanker, imobilitas, dan prosedur ortopedik, yang semuanya ini sering terjadi pada lansia.
Patogenesisnya adalah stasis vena dan pembentukan thrombus dan embolus. Ketika embolus memasuki sirkulasi pulmonal dan menyumbat sebuah pembuluh darah, vasokontriksi hipoksi terjadi, yang menyebabkan hipertensi pulmonal dan hipotensi sistemik. Akhirnya penurunan surfsktan, edema paru, dan atelektasis terjadi.Hanya 10% emboli paru menimbulkan infark. Jika suatu infark terjadi, biasanya terjadi dengan gagal jantung kongestif, infeksi, atau penyakit paru kronis. Jika emboli cukup besar kematian dapat terjadi.

Manifestasi Klinis
Walaupun terdapat manifestasi spesifik untuk setiap gangguan. Manifestasi klinis dari disfungsi pulmonal termasuk dispnea, pola napas yang abnormal, batuk, hemoptisis, sputum yang abnormal, sianosis dan neri dada, gejala-gejala ini adalah temuan yang konsisten pada lansia, tetapi seperti halnya kondisi-kondisi yang telah dibahas lansia jelas akan menunjukkan manifestasi yang berbeda dengan pasien yang lebih muda.
Pneumonia
Tiga hal klasik yaitu batuk, demam dan nyeri pada pleura mungkin tidak terdapat pada lansia. Perubahan yang menyertai seperti peningkatan kecepatan pernapasan (lebih dari 25 kali permenit) peningkatan produksi sputum, konfusi pada lansia yang rapuh, hilangnya nafsu makan dan hipotensi (sistolik kurang dari 100 mmHg) mungkin merupakan petunjuk untuk diagnosa pneumonia. Beberapa tanda dan gejala ini merupakan akibat sepsis yang umumnya terjadi dengan pneumonia.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara paru tambahan ( suara ronki krepitasi pada saat inspirasi), suara peka pada saat perkusi, dan peningkatan pada fremitus taktil.

Tuberkulosis
Tampilan klinis pada lansia tidak khas dan oleh karena itu mungkin tidak diketahui atau salah diagnosis. Batuk kronis, keletihan, dan penurunan berat badan sering dihubungkan dengan penuaan dan penyakit yang menyertai. Pola radiografi diinterpretasikan sebagai kanker bronkogenik atau pneumonia. Tampilannya mwmiliki keterlibatan lobus medial dan lobus bawah dengan sedikit lubang. Untuk diagnosis definitisnya adalah spesimen sputum segar pada pagi hari selama 3 kali untuk apus sputum dan kultur basil tahan asam, M. tuberculosis. Jika lansia tidak mampu memberikan spesimen yang adekuat, tekhnik inhalasi aerosol dengan menggunakan salin hipertonik dapat dilakukan. Bronkoskopi dengan pencucian bronkus dan bilas alveolar mungkin berguna
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Penyakit ini dikarakteristikkan oleh batuk, dispnea, napas pendek, dan penurunan toleransi terhadap aktifitas. Batuk terlihat jelas, peningkatan sputum. Penyakit ini digambarkan dalam tiga manifestasi klinis yaitu emfisema, asma, dan bronchitis kronis. Dari ketiga penyakit itu, asma merupakan penyakit yang biasanya salah diagnosis. Asma ini meupakan penyakit obstruksi jalan napas yang dapat diperbaiki, tetapi pada lansia mungkin terdapat beberapa obstruksi yang menetap, dan metakolin kurang bermanfaat pada lansia tanpa memperhatikan timbulnya asma. Gejala asma biasanya batuk kronis, mengi ekspirasi memanjang, dan penurunan puncak kecepatan aliran udara. Beberapa kali kondisi lansia seperti ini didiagnosis sebagai gagal jantung kongestif, pneumonia, atau kanker bronkogenik.

Emboli Paru
Penampilan yang khas dari emboli paru adalah awitan takipnea, dispnea, nyeri pleuritik, batuk dengan hemoptisis, demam derajat rendah (37,7 sampai 38,3º C) yang terjadi tiba-tiba dan perkembangan lebih lanjut berupa gesekan friksi pada pleura. Awitan fibrilasi atrium yang tiba-tiba mungkin merupakan emboli paru. Tes diagnostik termasuk pemeriksaan gas darah arteri (hipoksemia), radiografi ( bentuk khas infiltrasi perifer seperti kampak), penipisan ventilasi perfusi pulmonal ( penurunan perfusi dengan ketidaksesuaian ventilasi perfusi), dan arteriografi pulmonal.
Manifestasi klinis dari pneumonia yaitu batuk, demam, dan nyeri pada pleura mungkin tidak terdapat pada lansia. Perubahan yang menyertai seperti peningkatan kecepatan pernapasan (lebih dari 25 kali permenit), peningkatan produksi sputum, konfusi pada lansia yang rapuh, hilangnya napsu makan, dan hipotensi (sistolik kurang dari 100 mmHg) mungkin merupakan petunjuk untuk diagnosis pneumonia. Beberapa tanda dan gejala ini merupakan akibat sepsis yang pada umumnya terjadi dengan pneumonia.
Manifestasi kinis dari emboli paru adalah awitan takipneu, dispnea, nyeri pleuritik, batuk dengan hemoptisis, demam derajat rendah (37,7 sampai 38,3 C) yang terjadi tiba-tiba dan perkembangan lebih lanjut berupa gesekan friksi pada pleura. Awitan fibrilasi atrium yang tiba-tiba mungkin merupakan emboli paru. Tes diagnostic termasuk pemeriksan analisa gas darah (hipoksemia), radiografi (bentuk khas infiltrasi perifer seperti kapak), penapisan ventilasi perfusi pulmonal (penurunan perfusi dengan ketidaksesuaian ventilasi erfusi), dan arteriografi pulmonal.
Manisfestasi klinis dari TB pada lansia tidak khas. Batuk kronik, keletihan, dan kehilangan berat badan dihubungkan dengan penuaaan dan penyakit yang menyertai. Pola radiografi diinterpretasikan sebagai kanker bronkogenik atau pneumonia. Selain memeiliki tampilan infiltrate apical yang khas, lansia memiliki keterlibatan lobus medial dan lobus bawahdengan sedikit lubang.

Pengkajian
Informasi subjektif yang menunjukkan masalah pulmonal termasuk informasi tentang batuk, napas pendek, nyeri dada ketika bernapas, riwayat masalah respirasi, merokok dan terpajan lingkungan.setiap gejala harus dieksplorasi awitan terjadinya, durasi, frekuensi, karakter gejalanya, factor presipitasi, factor-faktor yang mengurani gejala, pengobtan masa lalu dan saat ini, rangkaian gejal (lebih baik,lebih buruk), dan efek terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari. Pertanyaaan tentang perilaku perawatan diri seperti foto roentgen terakhir, penapisan untuk TB, dan imunisasi (vaksin influenza setiap tahun dan satu kali vaksin pneumokokus) harus dimasukkan ke dalam pengumpulan data.
Data objektif berupa inspeksi meliputi kulit dan warna membrane mukosa, kontur dasar kuku, bentuk toraks, dan konfigurasi. Lansia mungkin mengalami kifosis, yang turut berperan dalam peningkatan diameter antero-posterior, menghasilkan dada berbentuk tong. Evaluasi karakter dan usaha untuk bernapasharus termasuk inspeksi untuk penggunaan otot-otot tambahan (sternokleidomastoid, trapezius, dan interkostal). Walaupun dinding dada menjadi kaku seiring pertambahan usia, ekspansi seharusnya tetap simetris. Hasil palpasi harus menunjukkan pengembangan pada saat respirasi dan fremitus taktil yang seimbang.
Perkusi yang resonan merupakan hal yang normal, tetapi pada sebagian lansia yang sehat, suara yang terdengar adalah hipersonan. Sebelum memulai auskultasi, pasien harus memulai napas dalam dan batuk untuk membersihkan jalan napas dan mengembangkan bagian dasar alveoli. Pasien harus duduk selama pemeriksaan untuk memungkinkan ekspansi penuh pada bagian dasar paru. Suara napas vesikuler terdengar pada sebagian besar bagian posterior paru. Intensitas suara napas dapat berkurang akibat perubahan pada dinding dada dan penurunan usaha untuk inspirasi pada lansia.


MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari disfungsi pulmonal biasanya dispnea, pola napas yang abnormal, batuk, hemoptisis, sputum yang abnormal, sianosis, dan nyeri dada. Gejala-gejala ini yang sering terjadi pada lansia.

Pneumonia
Petunjuk untuk diagnosis pneumonia adalah perubahan yang menyertai seperti peningkatan kecepatan pernapasan (lebih dari 25 kali per menit), peningkatan produksi sputum, konfusi pada lansia yang rapuh, hilangnya nafsu makan, dan hipotensi ( sisitolik kurang dari 10 mmHg). Pada pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara peru tambahan ( suara ronkhi krepitasi pada saat inspirasi), suara peka pada saat perkusi, dan peningkatan fremitus taktil. Dat laboratorium seperti hitung darah total harus diperiksa untuk mengetahui adanya leukositosis. Oksimetri nadi sangat berguna dalam mengevaluasi saturasi oksigen tetapi bergantung pada volume dan sirkulasi darah yang adekuat. Spesimen sputum dapat berguna dalam mengidentifikasi organisme, tetapi cara ini sering terkontaminasi dengan flora normal mulut. Hal yang penting bahwa banyak lansia yang mengalami pneumonia multiorganisme.
1. Pencegahan Primer
Bahaya Interpersonal
Penurunan fungsi pulmonal dapat dipercepat dengan merokok. Merokok turut berperan terhadap terjadinya penyakit pulmonal dan memiliki hubungan dengan kanker dan penyakit kardiovaskuler. Merokok adalah factor resiko yang dapat dihilangkan dan berhenti merokok dapat memberikan efek yang menguntungkan bahkan pada lansia. Factor resiko lain untuk penyakit pulmonal termasuk gangguan mobilitas, obesitas, dan pembedahan. Ketiga hal ini turut berperan terhadap gangguan ventilasi melalui ekspansi paru yang tidak adekuat.
Bahaya Lingkungan
Polusi udara memiliki dampak yang negatif pada sisitem pulmonal dan, seperti merokok, memiliki efek kumulatif, dengan suatu peningkatan resiko jika terpajan secar berulang-ulang. Polutan terbagi dalam empat kategori: sisa bahan bakar, emisi kendaraan, pestisida, dan polutan-polutan yang lain. Lansia lebih cenderubg untuk mengalami konsekuensi dari polusi karena adanya kelemahan pada system pulmonalnya dan karena zat yang berbahaya di tempat kerja dan lingkungan. Bahaya lain yang dikenal adalah perokok pasif. Dalam asap rokok ditemukan kandungan yang terdiri atas sekitar dua kali tar dan nikotin, tiga kali benzpiren, lima kali karbon monoksida, dan lima puluh kali ammonia.

2. Pencegahan Sekunder
Pengkajian
Informasi subyektif yang menunjukkan masalah pulmonal tentang batuk, napas pendek, nyeri dada ketika bernapas, riwayat masalah respirasi, merokok dan terpajan lingkungan. Setiap gejala harus dieksplorasi awitan terjadinya, durasi, frekuensi, karakter gejalanya, factor presipitasi, factor-faktor yang mengurangi gejala, pengobatan masa lalu dan saat ini, rangkaian gejala, dan efek terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari. Pertanyaan tentang perilaku perawatan diri seperti foto rontgen terakhir, penipisan untuk TB, dan imunisasi harus dimasukkan kedalam pengumpulan data.
Data obyekttif sama tanpa memperhatikan usia, tetapi interpretasi dari data-data ini mungkin berbeda. Inspeksi meliputi kulit dan warna membran mukosa., kontur dasar kuku, bentuk toraks, dan konfigurasi. Lansia mungkin mengalami kifosis, yang turut berperan dalam peningkatan diameter anteo-posterior, menampilkan dada berbentuk tong. Evaluasi karakter dan usaha untuk bernapas harus termasuk inspeksi untuk penggunaan otot-otot tambahan. Walaupun dinding dada kaku seiing pertambahan usia, ekspansi seharusnya tetap simetris. Hasil palpasi harus menunjukkan pengembangan pada saat respirasi dan fremitus taktil yang seimbang. Perkusi yang resonan merupakan hal yang normal, tetapi pada sebagian lansia yang sehat, suara yang terdengar adalah hiperesonan. Sebelum memulai auskultasi, pasien harus mengambil napas dalam dan batuk untuk membersihkan jalan napas dan mengembangkan bagian dasar alveoli. Pasien harus duduk selama pemeriksaan untuk memungkinkan ekspansi penuh pada bagian dasar paru. Suara napas vesikuler terdengar pada sebagian besar bagian posterior paru. Intensitas suara napas dapat berkurang akibat perubahan pada dinding dada dan penurunan usaha untuk inspirasi pada lansia.
Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit pulmonal atau potensial untuk mengalami masalah respirasi mempertahankan patensi jalan napas, memudahkan pertukaran gas, memaksimalkan pola napas, meningkatkan atau mempertahankan aktivitas optimal, dan memberikan edukasi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : gangguan pertukaran gas
Hasil yang diharapkan Tindakan Keperawatan
Klien akan mengalami pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) yang adekuat yang ditandai dengan PaO2 >60 mmHg, PaCO2 antara 35 dan 45 mmHg. Tidak ada sianosis dan tidak ada konfusi. Berikan O2 aliran rendah dengan kecepatan sesuai yang dianjurkan (biasanya 1-2 L/menit). Kaji dan catat status respirasi minimal setiap 8 jam. Minta klien untuk mengubah posisi, batuk dan melakukan napas dalam (setiap jam pada saat bangun). Pantau kadar gas arteri (konsultasi dengan dokter bila perlu). Tinggikan kepala tempat tidur (minimal 30 derajat bila mungkin). Bantu klien dengan kativitas perawatan diri sesuai kebutuhan. Berikan kembali latihan nafas (pursed-lips, abdominal). Anjurkan untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan rencanakan untuk periode istirahat. Banyak aktivitas yang dilakukan sambil berdiri dapat dilakukan sambil duduk (misalnya menyetrika, mengupas sayuran). Rujuk klien pada program rehabilitasi pulmonal.
Diagnosa keperawatan: ketidakadekuatan pembersihan jalan napas
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan
klien akan mempertahankan patensi jalan napas; yang ditandai dengan tidak adanya sianosis, dan suara napas tambahan dan respirasi seimbang tidak memerlukan usaha terlalu keras dan berada dalam batas normal. Tingkatkan asupan cairan (air, jus buah, minuman ringan tanpa kafein) sampai minimal 2000 ml/24 jam (bila tidak ada kontraindikasi dengan gangguan ginjal atau jantung). Pertahankan kelembaban udara ruangan 30-50%. Kaji dan catat karakteristik batuk (nerdahak, kering, frekuensi, durasi dan waktu dalam sehari). Kaji dan catat karakteristik sputum yang dikeluarkan (jumlah, warna dan konsistensi). Berikan keperawatan mulut yang sering dengan ½ saline dan ½ peroksida (hindari menggunakan apusan gliserin lemon). Lakukan drainase postural. Pantau efek bronkodilator dan ekspektoran. Anjrukan pasien untuk melakukan napas dalam dan batuk; ajarkan batuk efektik dengan lakukan demonstrasi. Hindari memberikan cairan yang sangat panas atau sangat dingin. Kaji dan catat bunyi napas alami minimal setiap 8 jam. Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam. Tinggikan bagian kepala tempat tidur
Diagnosa keperawatan: ketidakefektifan pola napas
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan
Klien akan menggunakan pola pernapasan yang efektif, ditandai dengan tidak adanya penggunaan cuping hidung dan otot-otot pernapasan tambahan, dan dengan respirasi seimbang, tidak berusaha terlalu keras dan berada dalam batas normal. Secara verbal anjurkan klien untuk menggunakan pernapasan abdomen dan pursed-lips. Pertahankan oksigen dengan aliran rendahan pada kecepatan yang dianjurkan. Berikan jaminan keamanan selamam periode gawat napas (tetap bersama klien; tetap tenang). Secara verbal, berikan dorongan kepada klien untuk melakukan tekhnik relaksasi dan meditasi. Tinggikan bagian kepala tempat tidur. Kaji dan catat pola napas sedikitnya 8 jam.

B. GANGGUAN SISTEM KARDOIVASKULER

Disritmia
Insidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena perubahan struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh.

Penyakit Vaskular Perifer
Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini mungkin telah berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas dingin, perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku, atrofi jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan mati rasa.
Penyakit Katup Jantung
Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan perubahan pada struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul. Lnsia dapat turut berperan dalam fase ini melalui peningkatan gaya hidup yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang menempatkan tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk curah jantungnya.
Bila fase pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang berat pada katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada katup yang terlibat tetapi secara umum terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe agina, dan gejala-gejala jantung kanan atau kiri atau keduanya. Murmur secara khas tedrdengr pada saat auskultasi.

PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan Primer
Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler di antara lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung keefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler dalam kelompok usia ini. Peningkatan kualitas hidup telah ditunjukkan melaui upaya-upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi merokok.
Merokok
Merokok temabakau mempunyai efek berbahaya bagi jantung dengan menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen pada molekul hemoglobin dengan karbondioksida, meningkatkn konsumsioksigen miokardium, dan menurunkan ambang batas fibrilasi ventrikel selama infark miokardium. Oleh karena itu, semua pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan pendidikan tentang aspek membahayakan dari merokok dan keuntungan yang diperoleh dengan berhenti merokok pada usia berapapun.
Hiperlipidemia
Kadar kolesterol total meningkat secara bertahap seiring bertambahnya usia. Bukti peningkatan tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL adalah prediktor yang penting untuk penyakit arteri koroner baik pada pria ataupun wanita yang berusia di atas 65 tahun. Untuk lansia denagn penyakit koroner, peningkatan kolesterol pada dasarnya meningkatkan resiko terjadinya kembali infark miokardium atau kematian. Penurunan kadar kolesterol melalui diet rendah lemak telah terbukti efektif pada lansia. Bagi mereka yang tidak memperoleh efek yang diinginkan melalui penatalaksanaan diet, terapi obat direkomendasikan.
Diabetes mellitus dan Obesitas
Pengurangan berat badan sangat bermanfaat bukan saja untuk diabetes tetapi juga untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya. Lansia yang menderita diabetes dan obesitas perlu didukung dan didorong untuk mengendalikan diabetesnya secara efektif, untuk mengikuti diet penurunan berat badan secara tepat, atau keduanya untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler.
Gaya Hidup Monoton
Pada lansia terjadi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot tak berlemak, yang digntikan dengan jaringan lemak, dan peningkatan resiko penyakit jantung. Upaya pencegahan primer yang ditujukan untuk malawan resiko ini harus difokuskan pada perubahan sikap tentang pentingnya aktivitas fisik secara teratur untuk semua usia dan meningkatkan kepercayaan bahwa ada program aktivitas yang sesuai untuk semua orang, tanpa mengabaikan tingkat kebugaran saat ini atau adanya penyakit yang menyertai.
Hipertensi
Pencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas mempertahankan berat badan ideal, dietrendah garam, pengurangan stress dan latihan aerobik secara teratur. Deteksi dini dan penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah terjadinya penyakit jantung hipertensif.
Kondisi setelah menopouse
Pencegahan penyakit kardiovaskular pada wanita lansia memfokuskan pada metode sulih estrogen. Walaupun sulih estrogen efektif dalam membentu mengubah lipid pada wanita pascamenopouse tetapi teknik ini bukannya tanpa resiko, khususnya resiko kanker endometrium. Penembahan progesteron dalam regimen estrogen dapat mencegah konsekuensi keganasan dan nonkeganasan dri estrogen yang tidak dapt dilawan.
2. Pencegahan sekunder
Riwayat dan Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang menunjukkan indikasi adanya masalah sistem kardiovaskular adalah perfusi organ akhir yang buruk. Lansia dengan perfusi ginjal yang buruk pada keadaan tidak memiliki penyakit ginjal dapat mengalami penurunan haluaran urin selama lebih dari 24 jam. Tanda dan gejala tidak adekuatnya perfusi perifer dapat bervariasi dari kulit yang terasa dingin ketika disentuh, dengan menurunnya pengisian kapiler, sampai penemuan kronis seperti pingsan atau tidak adanya denyut nadi perifer, kehilangan rambut pada ekstremitas yang tidak proporsional dan ulkus yang sulit untuk sembuh. Edeme juga memiliki sumber nonkardiak yang memerlukan pembedaan untuk lansia. Perbedaan kunci termasuk distribusi cairan yang terakumulasi dan variasi diurnalnya. Edema yang berasal dari penyakit jantung merupakan edema yang lembut dan meninggalkan bekas cekungan bila ditekan, memiliki distribusi yang simetris, dan melibatkan bagian tubuh yang dependent.
Auskultasi bunyi jantung pada lansia serig sulit karena perubahan emfisema senilis pada dinding dada. Jika buyi jantung terdengar jauh atau sulit didengar, klien mungkin diposisikan miring pada sisi kirinya dengan lengan kiri menopang kepala.
Dalam pengkajian jantung pada lansia, ”abnormalitas” harus diinterpretasikan dengan hati-hati. Walaupun merupakan suatu parameter pengkajian yang rutin, pengukuran tekanan darah secara akurat sangat penting untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan penanganan hipertensi yang tidak perlu. Memberikan perhatian ketat terhadap detail ukuran manset dan terhadap aktivitas sebelum pengukuran dan mempertahankan teknik yang konsisten sangat penting untuk memperoleh hasil yang akurat.
Penatalaksanaan Keperawatan
Mengurangi Beban Kerja Jantung
Berbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam mengurangi beban krja jantung dan sistem kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membentu mempertahankan tonus otot dan penggunaan oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan terhadap darah yang mengandung oksigen.Untuk mencapai keseimbangan ini aktivitas harus terjadwal sepanjang hari.
Aplikasi langsung dari penambahan oksigen juga menurunkan beban kerja jantung dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa oleh molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan untuk menurunkan ansietas membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang bersikulasi yang dapat meningkatkan tuntutan kebutuhan jantung. Dengan mengurangi sirkulasi volume klien melalui pembatasan cairan atau pembatasan natrium atau keduanya atau melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang harus dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan dependen untuk mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian agens penghambat β adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokardium dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi resistensi pembuluh darah perifer dari sistem arteri.
Peningkatan Fungsi
Fungsi jantung yang efektif memerlukan keseimbangan yang baik antara kontraktilitas serta kecepatan dan irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan untuk meningkatkan kontraktilitas termasuk memantau keseimbangan elektrolit dan memberikan suplemen yang diperlukan, memastikan keadekuatan aliran balik darah vena melalui pemantauan tekanan darsh dan keseimbangan darah dan keseimbangan cairan secara hati-hati, dan memberikan obat-obat kardiotonik seperti preparat digitalis.
Tindakan keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah pengkajian secara hati-hati pada efek samping atau efek yang lain yang tidak diinginkan dari preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan ini, mereka memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli genetik sering memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan dosis satu kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang mungkin diresepkan bersama digoksin (misalnya quanidin, verapamil, dan pada tingkatan yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan kadar serum digitalis. oleh karena itu, lansia yang menerima obat-obatan kombinasi tersebut harus sering diobservasi untuk mengetahui adanya gejala-gejala overdosis.
Kecepatan dari irama jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi yang efektif. Lansia sering memerlukan agens antidisritmia untuk menstabilkan denyut dan irama jantungnya karena hilangnya sel-sel pace-maker dalam nodus sinoatrial atau nodus attrioventrikular. Walaupun obat-obatan ini umumnya diresepkan, kebutuhan klien akan obat-obatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena adanya efek samping yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu, penggunaan alat pacu jantingkatkan kemampuan jantung secara keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus syndrome atau gejala bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas. Biasanya lansia, beradaptasi dengan baik terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan dan dukungan minimal.
Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan dan resolusi tanda dan gejala dari gangguan dan respons klien terhadap terapi. Perubahan yang menyertai dalam mentasi atau peningkatan napas yang pendek selama aktivitas dapat mengindikasikan efek obat yang tidak diinginkan atau lebih memburuknya kondisi jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan dicatat secara teratur. Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap perubahan status jantung (pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan karenanya harus dipanta secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif.
Pendokumentasian respons klien terhadap aktivitas sangat penting. Denyut jantung dan tekanan darah dicatat sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah aktivitas harus dihitung (yaitu dalam menit atau jumlah langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam pengkajian dari kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain itu, persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari yang ringan sampai yang paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
Diagnosis Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dihubungkan dengan sistem kardiovaskular adalah penurunan jantung.
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan
• Kecepatan dan irama jantun teratur
• Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
• Suara paru bersih
• Pengisian kapiler cepat
• Kesadaran dan orientasi terhadap lingkungan sekitarnya
• Tidak ada edema
• Nilai-nilai laboratorium normal
• Haluaran urin sebanding asupan cairan(dikurangi kehilangan cairan yang tidk dirasakan)
• Tidak ada nyeri dada atau dispnea pada aktifitas minimal • Kaji secara teratur bukti-bukti untuk mengetahui hasil yang diharapkan
• Seimbangkan istirahat dan aktivitas
• Dukung klien untuk melakukan AKS sesuai kemampuan (bantu klien sesuai kebutuhan)
• Pantau respons terhadap program latihan awal dan lanjutan
• Berikan oksigen tambahan
(jika diperlukan)
• Kurangi ansietas :Gunakan dengan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan, Berikan informasi ketika klien menunjukan kesiapannya, Hilangkan nyeri secepatnya, Gunakan sentuhan dan kontak mata, berikan tindakan-tindakan yang memberikan rasa nyaman
• Pertahankan sirkulasi volume darah yang adekuat dengan cara: atur asupan cairan. Batasi asupan natrium (jika diperlukan), tinggikan kaki dan tungkai bawah ketika duduk, gunakan kaus kaki penekan tirang baring, pastikan asupan nutrisi memadai.

3. Pencegahan Tersier
Untuk menyeimbangkan masalah kardiovaskular kronis dengan gaya hidup memerlukan pengetahuan tentang bagaimana cara menyeimbangkan suplai energi tubuh dengan kebutuhan. Penyesuaian mungkin diperlakukan baik pada gaya hidup maupun lingkungan untuk memastikan bahwa jantung lansia dapat memenuhi kebutuhan darah yang mengandung oksigen untuk tubuh.
Suatu program untuk membantu keseimbangan ini dimulai melalui pengkajian personal klien, faktor risiko yang dapat diubah. Suatu pemahaman tentang kesediaan dan kemampuan klien untuk mengikuti rencana perawatan yang diberikan akan mengarahkan tindakan keperawatan. Sebagian lansia berseduia untuk membuat penyesuaian terhadap gaya hidup mereka ketika mereka telah memahami secara keseluruhan tentang rekomendasi tersebut dan alasanya. Namun upaya untuk memksa perubahan gaya hidup secara radikal dan multiple biasanyan hanya menghasilkan kegagalan. Melibatkan klien dalam menetapkan prioritas untuk perubahan tujuan jangka pendek dapat mengembangkan saling ketergantungan dan meningkatkan harga diri klien. Setiap usaha untuk memodifiksi perilaku, tidak peduli sekecil apapun, harus didukung karena hal tersebut menggambarkan perkembangan kearah pencapaian tujuan jangka panjang.
Perawat perlu menerima hak klien untuk memilih dengan tindakan mengubah kebiasaan tertentu yang telah dilakukan sepanjang hidupnya seperti merokok atau makan makanan yang tinggi lemak. Perawat memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan dan mengajarkan isi dengan suatu cara yang dapat dipahami dan diterima oleh klien. Namun, bila pemahaman telah tercapai prinsip penentuan diri sendiri yang akan mendorong hak indivisu setiap orang untuk menerima atau menolak hal-hal yang telah diajarkan tersebut.
Pengetahuan klien tentang obat-obatan, diet dan rencana latihannya harus dikaji dan ditambahkan sesuai dengan kebutuhan. Perawat harus meminta klien untuk menggambarkan kegiatanya pada hari-hari dalam satu minggu tertentu dan akhir minggu tertentu. Setiapm aspek rencana perawatan harus didiskusikan dalam rangka memadukan rencana tersebut kedalam rutinitas yang telah dilakukan klien sehari-hari. Saran yang tidak jelas mengkonsumsi obat tiga kali perhari dengan makanan dapat kurang memiliki arti atau membingungkan bagi lansia yang hanya makan satu kali sehari. Selain itu, setiap klien harus memahami tanda dan gejala kondisi yang memburuk dan memiliki rencana untuk memperoleh bantuan medis jika diperlukan.
Perawat harus mengkaji kebutuhan klien untuk membantu AKS dan AKS instrumental. Apakah bantuan tersedia bagi keluarga, teman atau kelompok masyarakat? Pakah bentuk-bentuk bagian ini dapat diperoleh oleh klien? Study sebelumnya telah menunjukan bahwa kuarang teapatnya rencana pemulangan menghasilkan sumber-sumber yang tidak adekuat untuk mediasi, makanan dan transpotasi, juga kurangnya pemahaman tentang program pengobatan, hasilnya adalah tingginya tingkat perawatan. Kembali pada lansia dengan gagal jantung kongesti. Suatu rujukan pada pelayanan sosial atau lembaga kesehatan rumah mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa klien mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk membantu gaya hidup yang dapat meningkatkan kesehatan.
Pemeliharaan masalah kardiovaskular yang berkelanjutan dapat dipandang sebagai suatu tindakan keseimbangan. Banyak lansia yang mendapatkan keuntungan dari program rehabilitasi jantung tertruktur, yang menawarkan bantuan dalam mencapai keseimbangan yang diperlukan setelah serangan jantung atau ketika mengelola efek jangka panjang dari penyakit kardiovaskular.
Suatu program rehabilitasi jantung yang terstrukstur biasanya dimulai dengan aktifitas dini dan progresif segera setalah sistem kardiovaskular stabil.elemen pendidikan ditawarkan ketika klien menunjukan kesiapan untuk belajar. Program dilanjutkan dengan mengawasi komponen latihan. Efek sinergis dari berpartisipasi dalam suatu program dengan orang lain dlam kondisi yang hampir sama dapat mengurangi rasa takut dan isolasi yang sering menyertai kondisi tersebut. Motivasi untuk membuat perubahan gaya hidup yang diperlukan adalah suatu tujuan kunci dari rehabilitasi jantung.

Penuaan Normal
Perubahan yang terjadi pada penuaan turut berperan terhadap fungsi pulmonal. Perubahan lainya seperti kehilangan silia dan menurunya reflek batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisilogis dan kemampuan perlindungan pada sistem pulmonal .perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernapasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernapasan dapat meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahan-perubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-perubahan pada inerstisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan penurunan difusi oksigen. Perubahan-perubahan ini bila dikombinasikan dengan sekitar 50% pengurangan respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65 tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya
Implikasi klinis dari perubahan pada sistem respirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan sistem pulmonal, dan perubahan sistem imun mengakibatkan suatu kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi , kenker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
Patofisiologi gangguan yang sering terjadi
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi paling sering kedua pada kelompok lansia dan penemonia merupakan penyebab kematian pertama oleh proses infeksi. Pembersihan jalan napas yang tidak efektif, peningkatan kolonisasi, dan gangguan respon sistem imun pada lansia dapat mencapai puncakanya dengan pneumonia. Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi akuisisinya: yang diperoleh dari komunitas, nosokomial (diperoleh dari rumah sakit), aspirasi, dan yang diperoleh dari panti jompo.
Pneumonia menyerang jalan napas terminal, organisme yang menyerang akan bertambah banyak dan melepaskan toksin yang memicu respon inflamasi dan respon imun. Setelah itu, mediator biokimia dilepaskan yang merusak membran mukosa bronkus dan membran alveolokapiler, menyebabkan edema. Acini (bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus) dan bronkiolus terminalis dipenuhi dengan debris infeksi dan eksudat.
Lansia yang berada diinstitusi perawatan cenderung untuk mengalami pneumonia karena perubahan kesadaran (stroke dan sedasi) yang dapat meninggalkan jalan napas tanpa perlindungan. Mereka yang mengalami gangguan mobilitas, yang turut berperan terhadap ketidakefektifan respirasi. Lansia yang baru mengalami infeksi virus (yaitu influnsa) berresiko tinggi karena infeksi virus meningkatkan penempelan mukosa pada infeksi bakteri dan virus. Infeksi virus dapat juga mengganggu transport mukosilia
Tuberkulosis adalah suatu petumbuhan epidemik diantara lansia yang merupakan segmen pertumbunhan tercepat pada populasi amerika serikat. Apakah ini adalah infeksi baru atau reaktivasi dari infeksi lama tidak diketahui dengan jelas. Lansia beresiko tinggi karena adanya kondisi kronis yang menyertainya (misalnya diabetes), status nutrisi yang buruk dan obat-obat atau imunosupresi atau penyakit.
Tuberculosis (TB) disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan basil tahan asam. Penularan khususnya lewat droplet yang terhirup. Mikroorganisme ini biasanya mengambil tempat pada bagian apeks paru.
Mikroorganisme akan bertambah banyak dan menyebabkan pneumonitis yang memicu respon imun. Neutrofil dan makrofag yang menutupi dan meliputi basil-basil, mencegah penyebaran lebih lanjut. Penutupan tersebut menyebabkan pembentukan tuberkel granuloma. TB akan tetap dorman atau mengalami reaktivasi, atau mungkin tidak pernah dapat diatasi karena gangguan respon imun.
Kanker Paru
Penyebab kematian utama yang berhubungan dengan kanker pada pria dan wanita adalah kanker bronkogenik, angka insidensi telah meningkat secara tetap, dengan peningkatan paling besar terjadi pada wanita

Penyakit Paru Obstruktif (PPOK)
PPOK adalah penyakit penyebab utama kematian kelima pada lansia. PPOK meliputi tiga kondisi yang terjadi dalam satu bentuk umum, yaitu obstruksi aliran ekspirasi. Jika proses obstruksi dapat diperbaiki, hal itu disebut asma; jika obstruksi dihubungkan dengan hiperekspresi mukus, hal itu disebut bronkhitis kronis, dan jika terdapat kerusakan jaringan alveolar, hal itu disebut emfisema. Meskipun ketiga hal itu dapat terjadi secara terpisah, tetapi sering terjadi secara bersama-sama
Asma adalah obstruksi jalan napas yang dapat diperbaiki, yang dipicu oleh respon berlebihan jalan napas yang dihubungkan dengan inflamasi. Inflamasi dapat berupa virus, bakteri, dan alaergi. Pelepasan mediator inflamasi menyebabkan otot polos bronkus mengalami spasme, kongesti vaskuler, peningkatan permaebilitas dan kebocoran vaskuler, dan pembentukan edema.
Asma sering tidak dikenali pada lansia, walupun separuh dari lansia mengalami perkembangan penyakit ini setelah berusia 65 tahun, khususnya pada lansia, alergen menjadi kurang terlibat, dan refluks esophagus dapat menjadi pemicu inflamasi yang sering menyebabkan bronkospasme. Lansia penderita asma sering mengalami penurunan parameter fungsi pulmonal yang lebih besar dan disfungsi reseptor B-adenergik.asama yang terjadi dalam waktu lama dapat.


REFERENSI
NN. 2007. Ageing. http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/9/. Diakses tanggal 18 Maret 2008.
NN. 2008. Proses Menua. http://www.sehatgroup.web.id/isiHigh.asp?High ID=50. Diakses tanggal 18 Maret 2008
NN. 2007. Lanjut Usia. http://psychemate.blogspot.com/2007/12/late-adulthood-lansia.html . Diakses tanggal 18 Maret 2008.
Sri Kuntjoro, Zainuddin. 2002. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. http://www.e-psikologi.com/usia/160402.htm#empat Diakses tanggal 18 Maret 2008.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

PENDAHULUAN

Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun
Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:
•± 10 juta jiwa/5,5Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun % dari total
populasi penduduk.
•Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total
Populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993).
Selanjutnya :
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
• 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
• 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
• 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
• hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2. Usia Tua : 75 – 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
PROSES PENUAAN
•Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
•Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. terjadi dalam sel seperti:Perubahan Mikro
•Berkurangnya cairan dalam sel
•Berkurangnya besarnya sel
•Berurangnya jumlah sel
2. yang jelas terlihat seperti:Perubahan Makro
•Mengecilnya mandibula
•Menipisnya discus intervertebralis
•Erosi permukaan sendi-sendi
•Osteoporosis
•Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak
tetapi kemampuannya menurun)
•Emphysema Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause pada wanita
•Demintia senilis
•Kulit tidak elastis
•Rambut memutih
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
•saling berhubungan satu sama lainPenyakit sering multiple
•Penyakit bersifat degeneratif
•Gejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan
•Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
• Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)
Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar), sebagai berikut:
• Fungsi tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan (76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04 %), Kelenturan (53,23 %), Gilut (51,12 %).
• Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang (69,39 %), Sakit kepala (51,15 %), Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %), Sulit tidur (24,88 %) dan sesak nafas (21,28 %).
PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + GerontikIlmu Keperawatan Gerontik
• Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
• Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
• Gerontik : gerontologi + geriatrik
• Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
• Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
• Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor
Tanggung jawab Perawat Gerontik
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.
Sifat Pelayanan Gerontik
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)
Model Pemberian Keperawatan Profesional
1. Model Asuhan
2. berkaitan pada pengaturan/manajemenModel Manajerial
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian…………………………………
Diterima sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
Model Manajerial yaitu: yang sesuai juga masih dalam penelitian tentang yang lebih mengarah pada tindakan yang profesional.

LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA

PROSES MENUA

PROSES MENUA (AGING PROSES)

ISMAYADI

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Pengertian

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)

Batas-Batas Lanjut Usia.

1. Batasan usia menurut WHO meliputi :

�� usia pertenghaan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

�� lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun

�� lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun

�� usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :

“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.

Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia.

Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka

masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima kematian dengan tentram.

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.

A. Perubahan-perubahan Fisik

1. Sel.

a. Lebih sedikit jumlahnya.

b. Lebih besar ukurannya.

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem Persarafan.

a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).

a. Cepatnya menurun hubungan persarafan.

b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

c. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

d. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran.

a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan.

a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler.

a. Elastisitas dinding aorta menurun.

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.

e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.

a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun.

b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun

7. Sistem Respirasi

a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e. Kemampuan untuk batuk berkurang.

f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

8. Sistem Gastrointestinal.

a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.

c. Eosephagus melebar.

d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f. Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi.

a. Menciutnya ovari dan uterus.

b. Atrofi payudara.

c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.

e. Selaput lendir vagina menurun.

10. Sistem Perkemihan.

a. Ginjal

b. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.

c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

11. Sistem Endokrin.

a. Produksi semua hormon menurun.

b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

c. Menurunnya produksi aldosteron.

d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.

12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )

a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.

c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.

f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13. Sistem Muskuloskletal

a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.

b. Kifosis

c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. Perubahan-perubahan Mental.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (Hereditas)

e. Lingkungan

Kenangan (Memory).

a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.

b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

IQ (Inteligentia Quantion).

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

C. Perubahan-perubahan Psikososial.

a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.

f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family.

j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

D. Perkembangan Spritual.

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)

b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

Masalah Umum yang Unik Bagi Lanjut Usia.

1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang lain.

2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.

3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik

4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah meninggal atau pergi jauh atau cacat

5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah

6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa

7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa

8. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan yang lebih cocok

9. Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat dan kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri

Penyakit Lanjut Usia Di Indonesia.

1. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.

a. Paru-paru

Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatan kontraksi otot pernafasan sehingga menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia diantaranya pneumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup tinggi.

b. Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit menurun. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas dan juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung. Pada lansia, tekanan darah meningkat secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50 % dibanding orang berusia 20 tahun. Tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.

Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang disebut jantung iskemi. Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi adalah pada pembuluh darah jantung akibat arteriosklerosis serta faktor pencetusnya bisa karena banyak merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita diabetes mellitus dan berat badan berlebihan serta kurang berolah raga.

Masalah lain pada lansia adalah hipertensi yang sering ditemukan dan menjadi faktor utama penyebab stroke dan penyakit jantung koroner.

2. Penyakit pencernaan makanan.

Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara lain gastritis dan ulkus peptikum, dengan gejala yang biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual-mual, perut terasa tidak enak.

Namun keluhan seperti kembung, perut terasa tidak enak seringkali akibat ketidakmampuan mencerna makanan karena menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga sering dijumpai.

3. Penyakit sistem urogenital.

Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar prostat (hipertrofi prostat), yang mengakibatkan gangguan buang air kecil, sedang pria lanjut usia banyak dijumpai kanker pada kelenjar prostat.

Pada wanita bisa dijumpai peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya tumor yang menyumbat saluran kemih.

4. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).

Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat stress dan berperan penting dalam reaksi mengatasi stress.

Oleh karena itu, dengan mundurnya produksi hormon inilah lanjut usia kurang mampu menghadapi stress. Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan lansia tampak lesu dan kurang bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya seperti adanya menopause pada wanita, sedang pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan osteoporosis.

5. Penyakit pada persendian tulang.

Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering mengeluhkan linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan panggul. Gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh (gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut.

Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah. Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat kekuatan otot berkurang, koordinasi anggota badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang kurang baik, dan bisa karena cahaya kurang terang dan lantai yang licin.

6. Penyakit yang disebabkan proses keganasan.

Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua seseorang makin mudah dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim, payudara dan saluran pencernaan, yang biasanya dimulai pada usia 50 tahun.

Kanker pada pria paling banyak dijumpai pada paru-paru, saluran pencernaan dan kelenjar prostat.

7. Penyakit-penyakit lain.

Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).

CARA HIDUP SEHAT PADA LANSIA

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.

Ada satu pendapat yang mengatakan “KESEHATAN TIDAK BERARTI SEGALA-GALANYA, TETAPI TANPA KESEHATAN SEGALANYA TIDAK BERARTI”, yang maksudnya orang yang sehat belum tentu hidupnya makmur, segala keinginannya terpenuhi, bisa saja hidupnya sederhana atau biasa saja. Akan tetapi kesehatan itu milik kita yang paling berharga, karena bila sakit kita tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati dengan baik apa yang dimiliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga, merawat, memelihara dan menyayangi kesehatan.

Hidup Sehat

Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu caranya adalah berperilaku hidup sehat.

Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup sehat.

Cara Hidup Sehat

Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut adalah:

1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):

• Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.

• Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan, biji – bijian).

• Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.

• Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.

• Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.

• Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang – kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.

• Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.

• Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.

• Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang segar dan mudah dicerna.

• Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.

• Makan disesuaikan dengan kebutuhan

2. Minum air putih 1.5 – 2 liter

Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.

3. Olah raga teratur dan sesuai

Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.

Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.

4. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

5. Menjaga kebersihan

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.

Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.

6. Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.

7. Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

8. Mental dan batin tenang dan seimbang

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:

• Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

• Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

• Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.

9. Rekresi

Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

10. Hubungan antar sesama yang sehat

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

11. Back to nature (kembali ke alam)

Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit.

Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.

12. Semua yang dilakukan tidak berlebihan

Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R.I.., 1991., Petunjuk Menyusun Menu Bagi Lanjut Usia., Depkes, Jakarta.

Hartono., 2001., Upaya-upaya Hidup Sehat Sampai Tua, Depot Informasi Obat, Jakarta.

Hurlock, 1999., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga, Jakarta.

Kiat-kiat Hidup Sehat., http://www.geocities.com/aguscht/tipdua.html.

Monks, dkk, 2002., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Nugroho, 2000., Keperawatan Gerontik. EGC, Jakarta.

Nugroho., (1995)., Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta.

Usia Lanjut., http://www.infokes.com/today/artikelview.html?item_ID=223&topik =usialanjut

2×4 Cara Hidup Yang Alami Untuk Sehat., http://www.rasopareso.i-p.com/sehat8.html

http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita/asp?id=2003111205501906

http://www.idionline.org/arsip/list_makalah.php?offset=90

Watson, 2003., Perawatan pada Lansia. EGC, Jakarta.