Selasa, 13 Juli 2010

TERAPI MODALITAS LANSIA DENGAN DIMENSIA


I. TOPIK KEGIATAN
Terapi Modalitas

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Pasien mampu memperkenalkan dirinya dengan baik.
2. Pasien dapat berorientasi pada waktu, tempat, orang dan situasi dengan baik
B. Tujuan Khusus
1. Pasien mampu menyebutkan namanya sendiri.
2. Pasien mampu menyebutkan tempat, waktu, orang dan situasi.
3. Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota kelompok, berkomunikasi dan saling memperhatikan antar anggota kelompok.

III. LANDASAN TEORI
A. Latar Belakang
Demensia adalah nama lain dari penyakit pikun. Penyakit ini muncul seiring bertambahnya usia dan biasanya menimpa pada orang-orang tua yang sering kita sebut kakek/nenek. Secara garis besar keadaan demensia dibagi atas dua golongan, yakni demensia primer dan sekunder. Demensia alzheimer tergolong dalam demensia primer. Sedangkan demensia sekunder antara lain disebabkan karena penyakit stroke, cidera otak berat (pada petinju), infeksi otak, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. Selain faktor usia, faktor keturunan juga disebut-sebut menyebabkan munculnya penyakit ini.
Demensian adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemapuan daya ingat dan piker tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Demensia atau kepikunan sering kali dianggap wajar pada lansia karena merupakan bagian dari penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga , masyarakat, maupun oihak kesehatan mengenai tanda gejala demensia, dapat menyebabkan demensia sering tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, masalah demensia ini semakin sering dijumpai. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini petng dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin.
Gejala Demensia
Gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Tanda-tanda demensia alzheimer antara lain
1. Lupa akan kejadian yang baru dialami
2. Kesulitan dalam berbahasa
3. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari
4. Sering salah menaruh barang-barang
5. Tidak dapat membuat keputusan
6. Serta kesulitan dalam hitung-menghitung sederhana.
7. Sering mengulang kata-kata
8. Tremor
9. Kurang koordinasi gerakan
10. Risiko kecelakaan
11. Kurang konsentrasi
Gejala gangguan perilaku lain yang sering dialami penderita penyakit ini adalah mereka jadi mudah tersinggung, sering merasa cemas, sulit tidur, pencuriga, sering keluyuran, bahkan berperilaku memalukan, misalnya telanjang di depan umum, pergi ke kantor dengan pakaian tidur, dan sebagainya. Lansia sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Gangguan Orientasi Realita
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang, dan terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi dapat timbul sebagai gangguan dari kesadaran, mengenai waktu, tempat, dan orang. Disorientasi dapat terjadi pada setiap gangguan jiwa yang mana ada kerusakan yang hebat dari ingatan, persepsi, dan perhatian.
Intervensi pada Demensia
a. Orientasi
- Tujuan : Membentuk pasien berfungsi dilingkungannya
- Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca
- pasien
- Orientasikan pada situasi lingkungan
- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari
- Kontak personal dan fisik sesring mungkin
- Libatkan dalam kegiatan terapi modalitas
- Tanamkan kesadaran :
• Mengapa pasien dirawat
• Memberikan percaya diri
• Berhubungan dengan orang lain
• Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera
• Inyteraksi personal
- Identifikasi proses pulang
b. Komunikasi
- Membina hubungan saling percaya
• Umpan balik yang positif
• Tentramkan hati
• Ulangi kontrak
• Respek, pendengaran yang baik
• Jangan terdesak
• Jangan memaksa
- Komunikasi verbal
• Jelas
• Ringkas
• Tidak terburu buru
- Topik percakapan dipilih oleh pasien
- Topik buat spesipik
- Waktu cukup untuk pasien
- Pertanyaan tertutup
- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah
- Empati
- Gunakan tehnik klarifikasi
- Summary
- Hangat
- Perhatian
c. Pengaturan koping
- Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang negatif diminimalkan
- Bantu mencari koping baru yang positif
d. Kurangi agitasi
- didorong melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas
- beri penjelasan
- beri pilihan
- penyaluran energi :
• Perawatan mandiri
• Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga
- Saat agitasi :
• Tetap senyum
• Tujukkan sikap bersahabat
• Empati
e. Keluarga dan masyarakat
- Siapkan keluarga untuk menerima keadaan pasien
- Siapkan fasilitas dalam berinteraksi dengan dimasyarakat
- Perlu bantuan dalam merawat 24 jam dirumah, yang diprogramkan melalui
• Puskesmas
• Pos-pos pelayanan kesehatan dirumah sakit
f. Farmakologi
- Tergantung penyebab gangguan, seperti Penyakit Alzheimer’s
- Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitif
g. Wandering
Perilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatan
h. Therapeutik Milieu
Stimulasi kognitif  Melakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi kelompok
• Dukung perasaan aman
• Situasi yang tenang
• Rancangai fisik konsisten
• Struktur yang teratur
• Fokus pada kekuatan dan kemampuan
• Minimalkan perilaku destruktif
i. Intervensi interpersonal
- Psychotherapi
- Life review therafi
Untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan individu dan kelompok dengan saling menceritakan riswayat hidup
- Latihan dan terafi kognitif
• Latihan daya ingat
• Memelihara inteligensia
- Therapi relaksasi
• Untuk mengurangi ketegangan dan stres
• Deep Breathing
• Konsentrasi
- Kelompok pendukung dan konseling
• Ekspres filling
• Pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan harga diri
2. Meningktkan percaya diri
3. Meningkatkan simpati
4. Meningkatkan empati
j. Gangguan daya ingat :
- Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien
- Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pasien yang salah
- Penataan barang pribadi jangan dirubah
- Lakukan progran orientasi
k. Gangguan perawatan diri :
- Buat jadwal mandi dengan teratur
- Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pasien
- Ajarkan cara mandi secara bertahap :
• Peralatan mandi
• Langkah-langkah mandi
• Perhatikan privacy
- Ajarkan cara berpakaian
• Buat langkah berpakaian yang rutin
• Hindarkan kancing dan resleting
• Beri instruksi yang sederhana
• Lakukan berulang-ulang
• Tetap perhatikan privacy
- Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnya
l. Isolasi sosial
- Mulai kotak dengan keluarga
- Teman dekat
- Dorong berhubungan dengan orang lain
- Masukkan dalam kelompok aktifitas
- Buat jadwal kontak sosial secara teratur

B. Waktu
± 30 menit

IV. STRUKTUR KELOMPOK
A. Setting Tempat
Ruangan Terbuka
= Leader
= Fasilitator
= Klien
= Observer






B. Hari/tanggal
Kamis, 29 Mei 2008
C. Waktu
15.00 s.d 15.30
D. Pengorganisasian
1. Jumlah dan nama klien
4 orang: Dian, Ambal, Eka, Triya
2. Leader dan uraian tugas
Badrus
Tugas:
 Memimpin jalanya Terapi Modalitas Orientasi Realita
 Merencanakan, mengontrol dan mengendalikan jalanya terapi
 Membuka acara
 Menjelaskan aturan main (cara permainan dan waktu permainan)
 Memimpin terapi modalitas
 Menutup acara diskusi
3. Fasilitator
Gina, Ayu, Marita
Tugas:
 Memfalisitasi pasien dalam terapi modalitas orientasi realita
 Mengarahkan pasien yang kurang kooperatif
4. Observer
Ima
Tugas:
 Mengobservasi jalannya terapi modlitas orientasi realita, mulai dari persiapan, proses dan penutup dengan format evaluasi perilaku
 Menilai aspek kemampuan pasien dalam memperkenalkan diri
E. Langkah-langkah
Tahap pre interaksi :
1. Melakukan pengecekan program terapi dokter dan validitas data.
2. Mencuci tangan.
Tahap Orientasi :
1. Memberikan salam terapeutik.
2. Klarifikasi perasaan klien.
3. Melakukan kontrak (waktu,tempat, topik)
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Tahap Kerja :
1. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
2. Duduk berhadapan (untuk kelompok disesuaiakan).
3. Leader : memimpin langkah-langkah pelaksanaan terapi orientasi realita.
• Memandu satu klien untuk melihat jam atau kalender, tempat atau ruangan dengan tata letak perabotan (meja kursi, ruang tidur dan seterusnya secara satu per satu dan perlahan –lahan (metode bisa variasi).
• Pertama-tama satu topik dulu, misalnya mengenai waktu, selanjutnya ke orientasi tempat /orang.
• Mengajurkan klien tersebut untuk menjelaskan kembali waktu yang telah disampaikan perawat, dan tanggal serta ruang yang tadi telah disampaikan.
• Memandu pada lansia lain secara bergantian untuk memberitahukan jam dan tanggal, orang, tempat, saat ini.
• Secara bergantian juga pada lansia yang lainnya.
4. Fasilisator : memfasilitasi kemampuan hubungan sosial masing-masing klien pada saat dilakukan terapi.
5. Leader : mengobservasi kemampuan klien dalam terapi modalitas.
6. Observer : Mengobservasi kemampuan klien dalam pelaksanaan terapi. Memberi penelitian terhadap masing-masing lansia yang dilakukan terapi.
Tahap Terminasi :
1. Mengevaluasi perasaan klien.
2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
3. Rencanakan tindak lanjut yang dapat klien lakukan sehari-hari sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukan. Dapat dibuat jadwal kegiatan.
4. Kontrak yang akan datang :
• Topik : sepakati kegiatan yang akan datang
• Waktu: sepakati waktu pertemuan yang akan datang
• Tempat : sepakati tempat pertemuan yang akan datang.
F. Perilaku yang diharapkan
1. Persiapan
a. Terapis/perawat
 Identifikasi masalah pasien sebelum pelaksanaan
 Eksplorasi perasaaan diri sebelum bertemu pasien dan menjalankan terapi aktifitas kelompok
 Siapkan alat dan media yang diperlukan
 Tempat dan waktu ditentukan
b. Klien
 Siap mengikuti terapi modalitas orientasi realita
 Hadir 5 menit sebelum acara dimulai
 Mengetahui tata tertib yang telah ditentukan
2. Proses
a. Perawat melakukan kegiatan terapi modalitas orientasi realita sesuai dengan perencanaan
b. Perawat dapat mengantisispasi hal-hal yang terjadi saat dilakukan terapi
c. Pasien dapat mengikuti terapi sampai selesai
3. Hasil
a. Perawat dapat menjalankan tugasnya terapi sesuai terapis
b. Klien dapat memahami tujuan dari terapis dan mencapai kriteria hasil pada setiap pertemuan.

V. TATA TERTIB
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan terapi modalitas orientasi realita
b. Berpakaian rapi dan bersih
c. Peserta tidak diperkenankan makan dan merokok selama terapi
d. Peserta tidak meninggalkan kegiatan sebelum kegiatan selesai
e. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
f. Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersiapkan.
g. Apabila peserta akan meninggalkan tempat kegiatan ijin terlebih dahulu pada terapis

VI. ALAT BANTU
a. Pemutar musik
b. Lembar observasi pasien

VII. ANTISIPASI MASALAH
a. Penanganan klien yang tidak aktif
 Memanggil pasien
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk menjawab sapaan perawat
b. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
 Panggil nama pasien
 Tanya alasan pasien meninggalkan permainan
 Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
 Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang telah dipilih
 Beritahu pasien bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh pasien tersebut

VIII. PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam proses penulisan. Atas perhatian dan dukungannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Budiana, keliat. 1999. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta, EGC
Endang Trianto, S.Kep.Ns.dkk.2007.Modul Skill Lab Semester V.Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED.Purwokerto.
Kaplan & Sadock. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta : Widya Medika
Rasmun. 2001. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta : Fajar Interpratama
Stuart, Gail Wiscart dan Sandra J Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.
No name. http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatansiti%20saidah2.pdf
Yosep Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama


Data Subjektif didapatkan melalui wawaancara dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE). MMSE dilakukan untuk mengkaji fungsi kognitif yang mencakup : orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat, dan bahasa.

Mini Mental State Examination
Nama pasien : Nama pewawancara:
Usia pasien : Tanggal wawancara:
Pendidikan : Waktu wawancara :

Skor max Skor pasien Pertanyaan Ket
5 Sekarang (hari),(tanggal), (bulan), (tahun),(siang/malam)? Orientasi
5 Sekarang kita berada dimana?(ruangan),(dusun), (kelurahan), (kabupaten), (propinsi) orientasi
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda (tas, buku, pensil). Satu detik untuk setiap benda. Lansia mengulang ketiga nama benda tersebut. Berilah nilai 1 untuk setiap untuk jawaban yang benar. Registrasi
5 Hitunglah mundur 10000 kebawah dengan pengurang 1000 dari 10000 kebawah ( nilai 1 untuk jawaban yang benar ), berhenti setelah 5 hitungan (9000, 8000, 7000, 6000, 5000). Atensi dan kalkulasi
3 Tanyakan kembali nam 3 benda yang telah disebutkan diatas berilah nilai 1 setiap jawaban yang benar. Mengingat
9 • Apakah nama benda ini?. Perlihatkan pensil dan jam dinding (nilai 2) jika jawaban benar.
• Ulangilah kalimat berikut “ saya ingin sehat” (nilai 1).
• Laksanakan 3 buah perintah ini “ peganglah selembar kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas ini pada pertengahan dan letakanlah dilantai (nilai 3).
• Bacalah dan laksanakan perintah berikut :” pejamkan mata anda” (nilai 1). Bahasa

Hasil :
Nilai 21-30 : demensia ringan
Nilai 11-20 : demesia sedang
Nilai < 1 : demensia berat/ stadium lanjut.








1 komentar: